Revealing my “geophysics” fresh graduate and early-career journey in energy industry

glimlach
7 min readMar 13, 2022
Photo by MD Duran on Unsplash

Tulisan ini aku dedikasikan kepada siapapun mahasiswa subsurface di luar sana (geosains, geologi, geofisika, teknik perminyakan, dll) atau siapapun yang mempertimbangkan untuk goes to energy industry or has been joining the industry. I was in the stage when I was questioning, what are the best practices should be prepared to go to the industry? Is it worth the effort? Am I going to qualified? Dan sebagai perempuan, salah satu pertanyaan terbesarku waktu itu, apakah aku akan survive? Hehehe surely, karena aku personally juga punya mimpi untuk jadi ibu yang baik dan idaman😊

A little bit disclaimer : Sorry for the mixing-up language guys. I just want to let it flow naturally.

Okay, so let’s start. Aku akan memberikan beberapa pertanyaan refleksi diri yang mungkin akan aku tanyakan kepada diriku di masa lalu.

1. Have you got the mission that becomes your main reason, “why energy industry?”

Mission disini bisa beraneka macam. Yang jelas, mission akan memberikanmu energi. Dan dalam konteks ini, salah satu best suggestion yang bisa aku highlight adalah, do not make money as the main mission. It’s okay to consider it as the reason, but trust me, it’s a vulnerable weapon to empower your struggle. Why? Bcs, talking the truth, it’s no longer the keyplayers in the top 10 richest company by market capital. There is only Saudi Aramco left as the energy industry, sitting with other tech-companies.

Contoh mission yang masih bisa dipertimbangkan disini adalah:

  • I’d like to contribute in the academic / technology advancement, because I’m passionate and energized when learning about it.
  • I’d like to contribute towards Indonesia’s goal in energy sector (e.g. 1 MBOPD of oil, 23% renewable energy in energy mix, etc.)

Got it? If you have succeed defining the mission, you can jump to the 2nd tips.

2. What’s your personal branding about? Is it bold and focused?

When I say personal branding, do not directly aim at CV or such kind of documents. Personal branding is also the collective efforts to do the things which brings you closer towards your mission.

Your brand can represent most of the time you invested for.

Kalau dirimu adalah feed sosial media, your brand is a niche.

Gimana cara bangunnya? Brand diri idealnya lahir dari interest / passion / ikigai-mu. And it must be shown. You share to the world that “it” is your topic. “It” is your about.

Keypoints in building your personal brand: Learn. Networking. Give output.

We can talk more about this in the next post if you want. Let me know 😊

3. Which type of you: rush for the shortcut or dare enough to wait for the worth?

Mungkin kalian sudah sangat familiar dengan wejangan seperti “we walk at our own pace”, and I’m gonna say it’s classic but gold. Ingat kan gambar ini?

Seorang pria yang menggali dan menyerah sesaat hasil tinggal sedikit lagi tiba

Ada beberapa kolega yang aku lihat sendiri effortnya bener-bener parah untuk fokus ke mimpi mereka, dan kadang harus mengorbankan waktu untuk mendapatkannya lebih lama jika dibandingkan sekelilingnya yang mungkin pada akhirnya memilih jalur alternatif mereka.

Ada seseorang dari kampus ternama. His brand is very data-science and programming related. I knew him personally few years before seeing him with this brand, and known that he’s a fighter type of person. Dan melihat capaian meski hanya dari LinkedIn, I’m beyond than inspired.

Ada seseorang lainnya juga dari kampus yang sama. Tidak / belum mengenalnya secara personal. Akan tetapi melihat profil LinkedIn-nya, kita semua pasti ngeh. “nih orang ambi bet ke geothermal”. And finally he got the job in one of the operating company, after doing many “project-based” job atau kalau anak engineering familiar dengan istilah proyekan dari dosen / kolega professional lainnya. Membutuhkan satuan waktu tahunan untuk melihat hasilnya.

Tentu pilihan “rush for the shortcut” juga tidak bisa dikatakan salah. Hanya saja, itu melahirkan kepercayaan pada diriku bahwa ternyata ada kok orang-orang yang “finally, I got it!”. So.. are you ready? Kalau belum, let me tell you the last tips tapi fundamental banget.

4. Why open-minded gonna help you anyway? And.. have you been that open-minded?

Kalau aku ditanya, apakah hal yang kudapatkan sekarang, adalah sesuatu yang pernah kuproyeksikan di masa lalu, I’m gonna say it’s right but partially modified hehe. This is all started by how I heard betapa banyak kating dan alumniku yang waktu itu kena lay-off akibat kondisi migas yang pernah drop karena multiplier effect of shale oil. Sewaktu itu, rasanya seperti tamparan. Sebagai seorang maba dan juga kebetulan “disediakan” tempat untuk berkembang yang waktu itu menurutku paling supportif, adalah environment migas. Yeah. It’s SPE. Well, tbh I’m skipping some parts before I found SPE, but I consider it’s a right starting point.

Long story short, sekitar 3 tahun aku mendengar berbagai isu ketidakstabilan dunia migas. Mindset defense-nya, dan tentunya bagaimana kating dan alumni ini juga turut berperan mendoktrin bahwa pekerjaan di bidang ini akan sangat sulit dan penuh ketidakpastian. Like, literally, I consumed more pessimistic ideas rather than optimistic one. And tbh, itu sangat melelahkan dan memuakkan di saat yang bersamaan. Like, “hello, I don’t need pessimistic energy to survive, because by default I have it full stock! Geophysics subject is not easy at all! :D”

Hingga di tahun akhir, dan entah kebetulan atau tidak, bersamaan dengan moment pandemic, hype renewable energy and sustainability things mulai meningkat. How did I measure it? As a student, simple.

- Student chapter energi terbarukan starts to raise. Let’s call the brand like SRE, INAGA, etc.

- Geothermal event (competition, training, etc.) raised. Like literally almost all of the big competition organizers created such event. Added by other hackathon trends that happening in this industry. Cukup berbeda dengan trend 3 tahun awal kuliah dan tahun-tahun sebelumnya. And it’s a good thing!

Lalu apa konteksnya di journeyku?

It makes myself to open my mind again. Walaupun sudah terlanjur membangun personal brand “migas banget” niy gue, I’m kinda shifting to renewable energy, specifically geothermal. An unpredictable and unplanned shifting. Why did I say so?

- Aku memilih metode MT untuk CCS sebagai topik skripsiku. “maksa”in metode ini karena waktu itu aku sadar harus lulus cepet (dalam caseku, on time 4 tahun = cepet). Tapi udah cinta pandangan pertama sama CCS sejak semester 3. Meski MT adalah metode yang familiar di industri panas bumi.

- Lolos AILIMA Grow, program magang kantorku waktu itu. Mungkin secara nggak langsung dengan modal udah paham MT karena skripsi :) Waktu itu aku apply karena ambis aja. Ga nyangka lolos sama si Aan, si maniak geothermal. Dan ga nyangka, bertahan sampai jadi full-time disini.

Yang aku ingin highlight disini adalah regardless your brand, open minded will helps you bring to somewhere.

Dan aku percaya nggak ada yang sia-sia. Pemahamanku terhadap dunia migas dan energi secara general juga membuatku “selesai” dengan internal debate renewable energy vs non-renewable cukup dini.

I believe in energy sustainability. It means everyone in energy sector, should do their best to advance the sustainable system. Nggak masalah kalau industri bahan bakar fossil memang bermindset “defense” dan dibenci oleh negara-negara maju. Jikalau pun industri ini harus menuju pintu perpisahan suatu saat nanti (assuming this is true, but we never know the absolute future, aren’t we?), maka perpisahan (re: shifting) itu harus dilakukan secara elegan. Berakhir dengan baik-baik itu menyenangkan bukan? Tentunya tanpa mengabaikan fakta bahwa, this industry helps our life so much.

Begitupun dengan industry energi terbarukan. Mengetahui nature “intermittency”nya, atau high-risk nya (seperti nuclear dan geothermal plant), we’ve to deal with the fact when it has its own limit. Ga ada yang sempurna gais 😊

I really recommend you guys to read “How to avoid climate change” by Bill Gates. Sangat daging, tapi nggak alot atau susah dicerna hehe.

“Maka dimanapun peran energi yang kamu pilih, define your own mission.”

In my case, karena so far sudah nyemplung di industri geothermal, my keypoint mission is optimization. Terinspirasi dari Bill Gates, when he’s asked about his dream in helping 3rd world problems on sanitation. I think it’s very technical keyword. Tapi kadang itulah seni dari ilmu technical. Kamu cukup fokus kepada solusi yang masuk akal dan feasible, tanpa memberikan banyak perhatian kepada external complexities seperti politik dan ekonomi.

Geothermal is abundant locally in not many places in the world. Hanya ada di tepian pertemuan lempeng. Ibarat kalau dunia ini datar seperti kertas, geothermal konvensional hanya ada di sepajang bingkainya. And luckily, Indonesia is on the line. Along with few countries like Philippine, NZ, Iceland, Turkey, US, etc. Tentu tidak banyak.

Terus gimana dong kalau mau nyemplung juga di industri geothermal?

I’m gonna say, it would not be easy. But there is always the way. Asalkan kamu udah coba aplikasikan ke-4 tips di atas, trust me, it would bring you somewhere. But I’ll just give a “slap in the face” warning to you.

Mungkin akan lama dapet kerjaan stabilnya. Mungkin kamu harus menerima “project-based” dulu. Mungkin harus sekolah lagi. Mungkin harus ada additional skill yang harus difokuskan. Mungkin kamu juga harus siap dihantui perasaan “ga terima” karena ketika kesempatan itu harusnya datang ke kamu, orang lain yang dapet. Dan ketika dapet, mungkin gaji atau kondisi lainnya tidak sepenuhnya sesuai ekspektasimu.

Apapun jalannya, selalu ada yang dikorbankan 😊 Tinggal pilih aja. Mau lewat jalan pengorbanan yang mana.

Oh ya, this is extra part! Untuk teman-teman sesama perempuan dengan latar belakang yang serumpun denganku, I’ll tell you an alternative if you want to go to the energy industry with “safety” option. If you don’t want to be in the field forever, then you can start building your brand with more computation / programming stuff related to the industry 😊 Sad truth, selama ini yang main di roles ini masih banyak didominasi pria haha. Kaya, pasti temen2 kalian di kalangan subsurface yang jago coding, cowok kan??? Come-on girls, we can do it as well! And I think this is my choice.

Wow. Tulisan yang panjang haha. Seperti biasa, terimakasih sudah mau baca tulisan yang lebih ke curahan hati ini. Have a nice day! Oh ya, don’t hesitate to ask me anything, or to discuss anything you want to dig deeper from my perspective!

--

--

glimlach

A multipotentialite who recently being a geophysicist in front of the desktop in energy tech company. Reading and writing is my breath-taking moments.